by: darkrai
apa yang hendak anda lakukan ketika anda terbangun dari tidur anda?
jawaban nya tentu anda sendiri yang tahu. tapi pernah kah anda memikirkan sesuatu yang akan anda lakukan sejak anda bangun tidur secara mendalam dan mendetail?
sekarang, coba anda pikirkan bila mana ada seseorang yang berdiri di atas apel. pasti anda memikirkan bahwa orang itu sangat hebat. tapi sebenarnya terdapat filosofi dalam kalimat tersebut. kita ibaratkan apel itu ialah bumi yang kita pijak. tentu daging apel itu dapat di ibaratkan magma dalam perut bumi, sedangkan kulit apel yang sangat tipis dapat di ibaratkan permukaan bumi yang tentunya tipis pula.
apakah kita akan tenang dengan keadaan kita yang berpijak pada bumi yang seperti apel? lalu mengapa tingkah kita seperti orang yang tidak akan mati padahal kita berada pada tempat yang kapanpun dan dimanapun selalu mengancam kita?
oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa berpikir dimanapun kita berada dan pada situasi apapun. karena dengan berpikir kita akan terlepas dari kebutaan akan pengetahuan. dan akan menghindarkan kita dari kelalaian.
cepat atau lambat setiap manusia pasti akan menemui ajalnya. Setelah itu, percaya atau tidak, setiap orang akan memulai sebuah kehidupan yang kekal. Apakah kehidupannya yang abadi tersebut berlangsung di surga atau di neraka, tergantung dari amal perbuatan selama hidupnya yang singkat di dunia. Karena hal ini adalah sebuah kebenaran yang pasti akan terjadi, maka satu-satunya alasan mengapa manusia bertingkah laku seolah-olah mati itu tidak ada adalah sihir yang telah menutup atau membelenggu mereka akibat tidak berpikir dan merenung.
Berpikir tidaklah memerlukan waktu, tempat ataupun kondisi khusus. Seseorang dapat berpikir sambil berjalan di jalan raya, ketika pergi ke kantor, mengemudi mobil, bekerja di depan komputer, menghadiri pertemuan dengan rekan-rekan, melihat TV ataupun ketika sedang makan siang.
Menyaksikan manusia yang sedang lalu lalang dan bergegas menuju tempat tujuan mereka masing-masing, dapat memunculkan beragam pikiran di benak seseorang. Ketika pertama kali memandang, muncul di pikirannya: manusia yang jumlahnya banyak ini terdiri atas individu-individu yang khas dan unik. Tiap individu memiliki dunia, keinginan, rencana, cara hidup, hal-hal yang membuatnya bahagia atau sedih, serta perasaannya sendiri. Secara umum, setiap manusia dilahirkan, tumbuh besar dan dewasa, mendapatkan pendidikan, mencari pekerjaan, bekerja, menikah, mempunyai anak, menyekolahkan dan menikahkan anak-anaknya, menjadi tua, menjadi nenek atau kakek dan pada akhirnya meninggal dunia. Dilihat dari sudut pandang ini, ternyata perjalanan hidup semua manusia tidaklah jauh berbeda; tidak terlalu penting apakah ia hidup di perkampungan di kota Istanbul atau di kota besar seperti Mexico, tidak ada bedanya sedikitpun. Semua orang suatu saat pasti akan mati, seratus tahun lagi mungkin tak satupun dari orang-orang tersebut yang akan masih hidup. Menyadari kenyataan ini, seseorang akan berpikir dan bertanya kepada dirinya sendiri: "Jika kita semua suatu hari akan mati, lalu apakah gerangan yang menyebabkan manusia bertingkah laku seakan-akan mereka tak akan pernah meninggalkan dunia ini? Seseorang yang akan mati sudah sepatutnya beramal secara sungguh-sungguh untuk kehidupannya setelah mati; tetapi mengapa hampir semua manusia berkelakuan seolah-olah hidup mereka di dunia tak akan pernah berakhir?"
Orang yang memikirkan hal-hal semacam ini lah yang dinamakan orang yang berpikir dan mencapai kesimpulan yang sangat bermakna dari apa yang ia pikirkan.
sumber: http://us2.harunyahya.com/Detail/T/724BBCSO189/productId/4474/BERPIKIR_SECARA_MENDALAM_
apa yang hendak anda lakukan ketika anda terbangun dari tidur anda?
jawaban nya tentu anda sendiri yang tahu. tapi pernah kah anda memikirkan sesuatu yang akan anda lakukan sejak anda bangun tidur secara mendalam dan mendetail?
sekarang, coba anda pikirkan bila mana ada seseorang yang berdiri di atas apel. pasti anda memikirkan bahwa orang itu sangat hebat. tapi sebenarnya terdapat filosofi dalam kalimat tersebut. kita ibaratkan apel itu ialah bumi yang kita pijak. tentu daging apel itu dapat di ibaratkan magma dalam perut bumi, sedangkan kulit apel yang sangat tipis dapat di ibaratkan permukaan bumi yang tentunya tipis pula.
apakah kita akan tenang dengan keadaan kita yang berpijak pada bumi yang seperti apel? lalu mengapa tingkah kita seperti orang yang tidak akan mati padahal kita berada pada tempat yang kapanpun dan dimanapun selalu mengancam kita?
oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa berpikir dimanapun kita berada dan pada situasi apapun. karena dengan berpikir kita akan terlepas dari kebutaan akan pengetahuan. dan akan menghindarkan kita dari kelalaian.
cepat atau lambat setiap manusia pasti akan menemui ajalnya. Setelah itu, percaya atau tidak, setiap orang akan memulai sebuah kehidupan yang kekal. Apakah kehidupannya yang abadi tersebut berlangsung di surga atau di neraka, tergantung dari amal perbuatan selama hidupnya yang singkat di dunia. Karena hal ini adalah sebuah kebenaran yang pasti akan terjadi, maka satu-satunya alasan mengapa manusia bertingkah laku seolah-olah mati itu tidak ada adalah sihir yang telah menutup atau membelenggu mereka akibat tidak berpikir dan merenung.
Berpikir tidaklah memerlukan waktu, tempat ataupun kondisi khusus. Seseorang dapat berpikir sambil berjalan di jalan raya, ketika pergi ke kantor, mengemudi mobil, bekerja di depan komputer, menghadiri pertemuan dengan rekan-rekan, melihat TV ataupun ketika sedang makan siang.
Menyaksikan manusia yang sedang lalu lalang dan bergegas menuju tempat tujuan mereka masing-masing, dapat memunculkan beragam pikiran di benak seseorang. Ketika pertama kali memandang, muncul di pikirannya: manusia yang jumlahnya banyak ini terdiri atas individu-individu yang khas dan unik. Tiap individu memiliki dunia, keinginan, rencana, cara hidup, hal-hal yang membuatnya bahagia atau sedih, serta perasaannya sendiri. Secara umum, setiap manusia dilahirkan, tumbuh besar dan dewasa, mendapatkan pendidikan, mencari pekerjaan, bekerja, menikah, mempunyai anak, menyekolahkan dan menikahkan anak-anaknya, menjadi tua, menjadi nenek atau kakek dan pada akhirnya meninggal dunia. Dilihat dari sudut pandang ini, ternyata perjalanan hidup semua manusia tidaklah jauh berbeda; tidak terlalu penting apakah ia hidup di perkampungan di kota Istanbul atau di kota besar seperti Mexico, tidak ada bedanya sedikitpun. Semua orang suatu saat pasti akan mati, seratus tahun lagi mungkin tak satupun dari orang-orang tersebut yang akan masih hidup. Menyadari kenyataan ini, seseorang akan berpikir dan bertanya kepada dirinya sendiri: "Jika kita semua suatu hari akan mati, lalu apakah gerangan yang menyebabkan manusia bertingkah laku seakan-akan mereka tak akan pernah meninggalkan dunia ini? Seseorang yang akan mati sudah sepatutnya beramal secara sungguh-sungguh untuk kehidupannya setelah mati; tetapi mengapa hampir semua manusia berkelakuan seolah-olah hidup mereka di dunia tak akan pernah berakhir?"
Orang yang memikirkan hal-hal semacam ini lah yang dinamakan orang yang berpikir dan mencapai kesimpulan yang sangat bermakna dari apa yang ia pikirkan.
sumber: http://us2.harunyahya.com/Detail/T/724BBCSO189/productId/4474/BERPIKIR_SECARA_MENDALAM_
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar